Rabu, 05 Desember 2007

MENGAPA KOK HARUS ILMU DULU BARU BERAMAL?

0 komentar
Pertanyaan diatas sering ana temui jika ana berdiskusi dengan teman. Yang lebih unik lagi pertanyaan selanjutnya, ilmu-ilmu melulu kapan beramalnya. Ana maklum atas pertanyaan seperti itu. Bukan apa-apa, tapi ana terusik untuk menjawabnya melalui tulisan ini untuk menghindari debat kusir yang terkadang kurang efektif. Di bawah ini ana paparkan alasannya sesuai Al Qur’an dan Hadist:
  1. Allah dengan tegas menyatakan, bahwa yang akan taqwa kepada Allah subhanahu wata’ala hanyalah orang-orang yang mempunyai ilmu. Q.S. 35: 28 yang artinya:

Yang akan taqwa kepada Allah hanyalah orang-orang yang mempunyai ilmu.

  1. Islam melarang mengerjakan sesuatu yang kita belum atau tidak mempunyai ilmu tentangnya. Q.S. 17 : 36 yang artinya:

Dan janganlah kamu ikuti (kerjakan) sesuatu yang kamu belum atau tidak punya ilmu tentangnya.

  1. Allah melarang meminta sesuatu kepadaNya sebelum kita mempunyai ilmu tentangnya Q.S. 11 : 46 yang artinya:

Maka janganlah kamu meminta kepada Ku sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya.

  1. Hadist Nabi tentang kewajiban setiap muslim untuk mencari ilmu.
  2. Ali bin Abi Thalib berkata, “ Tidak ada kebaikan dalam ibadah jika tidak ada ilmu yang mendasarinya. Tidak bermutu suatu ilmu jika tidak disertai pemahaman. Tidak bermutu suatu bacaan jika tidak diiringi renungan isinya.” (tafsir Al Qurthubi: 14/344)

Demikian beberapa dalil yang ana sampaikan semoga pertanyaan-pertanyaan diatas dapat terjawab. Hanya hati yang terbuka dengan ikhlas yang akan bias menerima hidayah. Nah, kalau sudah mendapatkan ilmunya baru kita wajib mengamalkannya.

Berikut ana sampaikan kedudukan manusia dihadapan ilmu. Terbagi atas empat katagori:

  1. Manusia yang punya ilmu dan ia sadar akan ilmu yang dimilikinya, sehingga ia mempraktekkan ilmu tu dalam sikap dan perilaku keseharian. Kita seharusnya belajar dari dia.
  2. Manusia yang punya ilmu tapi dia tidak sadar akan ilmu yang dimilikinya, sehingga sikap dan perilakunya menyimpang jauh dari ilmu yang dimilikinya. Perbuatannya tidak sejalan dengan ucapannya. Alias Omong Doang.
  3. Manusia yang bodoh tapi ia sadar akan kebodohannya, sehingga perilakunya terkadang benar terkadang salah. Ia bertindak dengan naluri dan perasaannya. Orang inilah yang patut kita beritahu atau mengajarinya.
  4. Manusia bodoh yang tidak menyadari kebodohannya.

Wah. Inilah yang paling gawat. Ia enggan menerima masukan dan nasehat orang-orang yang ada disekitarnya, karena ia merasa tidak butuh nasehat. Kita patut waspada dengan orang ini. Jika kita tidak punya bekal dan semangat untuk memperbaikinya lebih baik kita menjauhinya agar tidak terkena imbasnya.

Dimanakah posisi kita? Marilah kita introspeksi kedalam diri kita masing-masing. Semoga tulisan ana ada gunanya bagi kita semua. Wallahua’lam!

Oleh: Abu Hanif

Followers

 

FORUM KIBLAT. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com